melepas Stress Lewat Pesona Sembalun

| Selasa, 04 Juni 2013


Menikmati udara dingin Sembalun yang lingkari kabut yang kadang mendadak datang adalah cara lain menikmati hidup damai, tenang dan tenteram. Udara segar dan suasana pedesaan yang nyaman mampu membangkitkan imaji dan pikiran posistif. Setidaknya inilah yang diungkapkan Marham dan Fahrurozi, wartawan Suara NTB dan reporter Radio, Global FM Lombok saat berkunjung ke Sembalun beberapa waktu lalu bersama rombongan PWI NTB dan Dinas Kebudayaan dan Priwisa­ta NTB. Dingin yang menusuk dan terasa merepotkan justru menawarkan kenikmatan alam yang luar bisaa. Karenanya, datanglah melepas stres pada pe­sona Sembalun yang alami dan bersahaja. Tampaknya jarak tempuh le­bih kurang dua jam perjalanan dari Mataram menuju Sembalun tidak terasa meski berkelok-kelok dan naik turun perbukitan, mengingat sepanjang perjalanan alam kaki Gunung Rinjani menawarkan pesonanya yang alami dan ber­sahaja. Hamparan sawah meng­hijau dan hutan lindung yang lebat menciptakan kenyamanan sepanjang perjalanan.


Rasanya sia-sia jika perjalanan tersebut dilalui begitu saja. Kendaraan-­kendaraan pribadi tampak berhen­ti di beberapa titik terindah ruang alam tersebut. Sejenak orang-or­ang turun dari kendaraan untuk sekedar menghirup segarnya udara pegunungan atau memotret pesona pegunungan. Sesekali kabut melintas menghantarkan hawa dingin yang yang begitu menusuk hingga tulang sum-sum, silih berganti menghantarkan ketenangan. Sembalun yang di kenal sebagai penghasil Bawang Putih dan Bawang Merah ini, kini juga menjadi salah satu obyek wisata alam andalan NTB. Sembalun kini mulai serius digali dan ditata potensi pariwisatanya sebagai gerbang terdekat untuk mencapai puncak Rinjani, Sembalun Lawang Lombok timur yang berada di ketinggian 1156 meter, hingga kini masih menawarkan suasana desa yang alami. Sentuhan moderenisasi tidak tampak berlebihan di tempat ini.masyarakatnya yang ramah, sederhana dalam kehidupan yang damai, sedamai alam yang di hadiahkan Sang Khalik kepada mereka. Namun Sembalun bukanlah desa terpencil yang terisolir, karena sejauh ini komunikasi dan transportasi terbilang cukup lancar.
Mengingat desa ini menerima limpahan banyak pendaki dan wisatawan yang hendak menikmati kemolekan dan keindahan Gunung Rinjani, masyarakat Desa Sembalun tampaknya paham benar apa yang harus mereka lakukan. Secara umum, terutama mereka yang langsung ada dalam lingkaran mata rantai wisata dengan minat khusus ini, seperti pemandu atau pengangkut barang, mereka jua sangat menjaga keaslian dan kelestarian alam Sembalun dan kawasan Gunung Rinjani karena merekalah ujung tombak dalam membangun citra positif Gunung Rinjani. Penduduk Sembalun telah menekuni dua profesi ini sejak dulu. Salah seorang perempuan pemandu, Alus Humaira (29), mengungkapkan keinginan dan harapannya, di depan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Drs. Lalu Gita Aryadi, M.Si saat bertatap muka dengan para pembawa barang dan pemandu di Sembalun Lawang beberapa waktu lalu. Keinginan dan harapan tersebut adalah agar kawasan Sembalun tetap terjaga keaslian alamnya. “Sebaiknya Sembalun tidak lebih modern penataan dan prilakunya dari pada yanga ada sekarang,” ungkapnya. Menurutnya, beberapa tamu asing yang kerap diantaranya, menitipkan harapan demikian. Wisatawan yang datang ke Sembalun dan Rinjani tidak ingin menikmati produk modern namun alam yang natural. Jika alam menakjubkan dengan kealamiannya yang khas ini hilang, bukan mustahil kemunduran pariwisata di Sembalun tak terelakkan. “Wisatawan yang datang ke Sembalun ini, adalah wisatawan dengan minat khusus. Maka potensi yang ada di sini haruslah di jaga keasliannya,” ujar Mik Gita panggilan akrabnya. Wisatawan bisa menikmati taman anggreka atau bisa mencoba survival (bertahan hidup) seharian penuh di dalam hutan tanpa bekal makanan. Begitu lengkapnya persediaan Rinjani, hingga wisata survival ditawarkan.


Menyodorkan alam untuk bertahan hidup. "Program ini di­tawarkan selama dua hari satu malam: wisatawan dilepas di hutan tanpa bekal makanan, mereka mencari makan sendiri di huutan," ujar Armasih. Paket ini disodor­kan agar wisatawan mengetahui bagaimana orang lokal mampu hidup dari hutan. Masa ramai kunjungan wisatawan baik domestic amupun asing ke Gunung Rinjani berkisar bulan Juni dan Juli. Puncaknya terjadi pada bulan Agus­tus. Tiap tahun, setidaknya tiga bulan, yakni Januari, Pebruari dan Maret, kawasan ini ditutup meng­ingat cuaca yang tidak memu­ngkinkan. Maka saat penutupan pendakian inilah, paket wisata altematif dibutuhkan wisatawan. Untuk menggairahkan kunjungan ke Sembalun. pada musim penut­upan pendakian Rinjani, pen­duduk dituntut untuk kreatif dan inovatif, mampu mengalihkan wisatawan untuk betah berada di Sembalun. Beberapa paket wisata telah banyak ditawarkan penduduk setempat, seperti atraksi unik memanggil sapi dengan garam, memanggil burung, wisata jalan-jalan seputar Desa Sembalun, memetik kopi dan coklat, bisa juga melakukan hiking melewati perkebunan di Sajang sembari menghirup harumnya aroma vanilla, menelusuri jalan menuju air terjun awet muda serta berkunjung ke Desa Beleq yang merupakan desa cikal bakal Desa Sembalun sekarang ini. Paket-paket wisata seperti ini telah mulai di garap dan di kembangkan sedemikian rupa agar lebih menarik oleh penduduk setempat. Di hidupkannya paket-paket wisata yang baru ini di harapkan akan menambah gairah pariwisata di daerah Sembalun ke depan. Penduduk Sembalun harus mampu menciptakan Desa Sembalun sebagai Desa pariwisata. Melihat panorama alam yang begitu indah, para pelancong akan betah berada di sini. Namun, tidak cukup hanya dengan menyajikan keindahan panorama alam, masyarakat Sembalun juga harus mampu mencipta­kan suasana wisata yang me­nyenangkan, misalnya dengan paket-paket wisata lain. Jika mam­pu mengelola dengan baik, penduduk desa dan pelaku pariwisata akan senantiasa memetik hasilnya, kata Gita.


Pada musim ramai pendakian, ekonomi penduduk setempat ber­gulir lebih lancar. Sejauh ini, kata Asmuni, salah seorang pembawa barang, tenaga pembawa barang cukup tersedia. Namun, peralatan seperti tenda dan alat masak kerapkali tak mencukupi. Sewa peralatan lengkap untuk pendakian bisa dilakukan di RTMB (Rinjani Trecking Man­agement Board) yang ada di Sembalun Lawang. Sebanyak 137 pembawa barang di Dusun Lawang saja, masing-masing orang minimal tiga sampai empat kali dalam sebulan menemani wisatawan dan pendaki. Rata-rata dengan paket dua hari tiga malam. Sehari mereka menerima bayaran Rp 80 ribu sedangkan pemandu Rp 100 ribu. Sebagai ujung tombak pen­cipta citra positif wisata dengan minat khusus ini, pembawa barang dan pemandu secara ju­jur mengakui kelemahan mereka yang terkadang menjadi kendala serius. Menurut Armasih (35) yang sudah menjadi pemandu sejak tahun 1992, kemampuan ko­munikasi (bahasa) yang terbatas membuat ia merasa kurang mam­pu memberikan pelayanan infor­masi yang baik kepada wisatawan asing. Untuk itu ia dan rekan-re­kannya berharap bisa mengikuti pelatihan khusus, seperti kursus bahasa asing. Kendala lain yang cukup mengganggu adalah ban­yaknya peralatan pendakian ter­utama tenda yang sudah tidak layak pakai lagi karena rata-rata peralatan sudah berusia di atas dua tahun. Juga kualitas tenda yang bisa dibeli di Mataram, masih kurang memadai. Mereka mem­butuhkan peralatan pendakian dengan kualitas yang baik agar lebih tahan lama. Sebagai bentuk tanggung­jawabnya untuk menjaga ka­wasan Rinjani agar lestari, secara sukarela mereka membersihkan sampah pendaki di sepanjang jalan menuju puncak Rinjani agar para wisatawan tetap merasa nyaman. Mereka secara sadar membersihkan kawasan Rinjani. "Masih banyak yang tidaksadar pentingnya kebersihan di Rinjani," ujar Armasih. Terutama masyarakat lokal, katanya. Sam­pah dari kunjungan 75 ribu hing­ga 100 ribu orang lokal ke Rinjani yang bisaanya untuk datang me­mancing, mandi atau ritual ibadah, memang sangat mengganggu, ujar salah seorang dari RTMB.

Kesadaran terhadap kebersi­han kawasan ini dimaknai sebagai tanggung jawab bersama oleh para pembawa barang dan pe­mandu demi tetap terjaganya ekologi. “Bagaimana tidak, ini kan piring nasi kami,”ungkap Armasih. Mereka menghimbau agar masyarakat local agar bersama-sama menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan Rinjani demi terciptanya kenyamanan wisatawan. Harapan lain juga disampaikan adanya penambahan dan perbaikan pada selter di titik-titik perhentian karena sewaktu-waktu terjadi perubahan jalur pendakianuntuk menghindari jalan becek setelah hujan. Juga tersedianya fasilitas MCK di sekitar danau Segara Anak Rinjani agar tidak mengotori lingkungan dan mengganggu kenyamanan pendaki. Keahlian dan kecakapan para pembawa barang dan pemandu tradisional ini, kerap mengundang decak kagum. Secara alamiah mereka belajar menyibak rahasia dan menyatu dengan Rinjani untuk menghidupi keluarganya. Tiadak ada kata mengeluh dan letih, Sembalun dan Rinjani adalah berkah Tuhan yang di kirimkan pada mereka tempat mengais rizki, untuk menjaga dapur mereka tetap mengepul. Ketangguhan fisik dan kecepatan mencermati gejala alam yang didapatkan secara otodidak menjadi kelebihan tersendiri bagi mereka. Sesulit apa pun medan di Rinjani, mereka selalu mampu menyikapinya dengan arif.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲