Sembalun Lawang, Kaki Rinjani

| Selasa, 04 Juni 2013

Kami bangun, mandi dan bersiap untuk berangkat. Tujuan kami hari itu adalah Desa Sembalun Lawang yang terletak di kaki Gunung Rinjani. Perjalanan ini diluar dari itinerary saya dan Aldi. Karena kami sudah pernah ke desa ini sewaktu melakukan Ekspedisi Rinjani juli 2011 lalu. Awalnya Kami hanya berencana memutari Kota Mataram hari itu. Mengunjungi desa dengan ketinggian 1.200 mdpl adalah rencana dari Magali. Sewaktu di Selat Lombok Magali banyak bertanya tentang Rinjani, tetapi dia tidak tahu pasti jalan menuju kaki Rinjani. Sehingga saya dan Aldi menawarkan untuk menemani mereka dan membatalkan rencana untuk memutari Ibukota NTB itu.
Sebelum berangkat kami disediakan sarapan di rumahnya Irma. Menu pagi itu adalah ayam kelak bage, sambal goreng dan sambal plecing. Benar-benar masakan khas suku sasak.
Kami meninggalkan rumah Irma menuju desa sembalun jam 13.00. Hari itu irma tidak ada kegiatan dan bersedia mengantarkan kami. Ternyata di tengah tanjakan menuju sembalun mobil irma tidak kuat mengantarkan kami. Mungkin karena toyota avanza yang dia kendari telat masuk bengkel untuk diservice. Kami melanjutkan perjalanan dan berpisah dengan Irma di tanjakan tersebut. Dia harus pulang ke Mataram untuk memperbaiki mobilnya. Kami berjalan kaki beberapa ratus meter, ketika mobilpickup L300 lewat kami memberhentikannya dan menumpang hingga desa sembalun dengan biaya Rp 10.000/orang.
Dari mobil terlihat Desa Sembalun dari atas. Sungguh lembah yang indah, Sembalun dikelilingi beberapa gunung dengan Gunung Rinjani dengan ketinggian 3726 Mdpl menjadi gunung tertinggi.
Kami tiba di RTC Sembalun (Rinjani Trekking Center) jam 15.30, ternyata jalur pendakian ditutup dikarenakan cuaca buruk yang melanda NTB belakangan, sungguh tidak beruntung 3 teman saya hari ini.
Akhirnya saya mengajak mereka untuk melakukan trekking sampai Kalimati, sekitar 1 jam perjalanan dari RTC. Di Kalimati kami dapat melihat pemandangan desa sembalun dari atas, tetapi sayangnya kami tidak boleh melanjutkan perjalanan lagi keatas karena dilarang oleh petugas Taman Nasional Gunung Rinjani.
Melihat Indahnya Desa Sembalun, perkebunan, beberapa sapi yang berkeliaran sepanjang jalan menjadi pemandangan yang indah sore itu. Ditambah lagi munculnya pelangi yang menghiasi langit.
Sepanjang perjalanan turun, Magali bercerita soal pengalaman backpacking nya bersama satu teman menuju Pegunungan Himalaya. Dia melakukan perjalanan ke Himalaya tanpa rencana dan hanya mengikuti jalan saja. Melakukan perjalanan tanpa tahu jalan dan tidak membawa bekal makanan dan minuman mejadikan pengalaman yang tidak terlupakan baginya. Dia juga mengundang saya untuk datang saya ke kotanya di daerah perbatasan France dan Spain.
Kami kembali ke Desa Sembalun sebelum magrib. Setelah itu kami berkeliling desa mencari penginapan. Kami mendapatkan satu penginapan yang bersih, tersedia 2 single bed dan satu double bed dengan harga Rp 200.000/malam untuk 5 orang.
Selepas magrib, saatnya bagi kami untuk mencari makan, di tempat makan ini Magali, Sebastian dan Nikolas mentraktir kami. Dia beralasan sebagai ucapan terima kasih karena saya dan Aldi telah membawanya ke Lombok.
Udara malam itu cukup dingin dan membuat saya menggigil. Saatnya tidur dan istirahat. Besok pagi saya dan Aldi harus tetap melanjutkan perjalan.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲